عَنْ أبي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْجَنَّةَ قَالَ لِجِبْرِيلَ : اذْهَبْ فَانْظُرْ إِلَيْهَا . فَذَهَبَ فَنَظَرَ إِلَيْهَا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ أَيْ رَبِّ وَعِزَّتِكَ لا يَسْمَعُ بِهَا أَحَدٌ إِلا دَخَلَهَا ثُمَّ حَفَّهَا بِالْمَكَارِهِ ثُمَّ قَالَ : يَا جِبْرِيْلُ اذْهَبْ فَانْظُرْ إِلَيْهَا . فَذَهَبَ فَنَظَرَ إِلَيْهَا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ أَيْ رَبِّ وَعِزَّتِكَ لَقَدْ خَشِيتُ أَنْ لا يَدْخُلَهَا أَحَدٌ . قَالَ فَلَمَّا خَلَقَ اللَّهُ النَّارَ قَالَ يَا جِبْرِيْلُ اذْهَبْ فَانْظُرْ إِلَيْهَا فَذَهَبَ فَنَظَرَ إِلَيْهَا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ أَيْ رَبِّ وَعِزَّتِكَ لا يَسْمَعُ بِهَا أَحَدٌ فَيَدْخُلُهَا فَحَفَّهَا بِالشَّهَوَاتِ . ثُمَّ قَالَ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ فَانْظُرْ إِلَيْهَا . فَذَهَبَ فَنَظَرَ إِلَيْهَا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ أَيْ رَبِّ وَعِزَّتِكَ لَقَدْ خَشِيتُ أَنْ لا يَبْقَى أَحَدٌ إِلا دَخَلَهَا .
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda: "Ketika Allah menciptakan surga, Dia berfirman kepada Jibril: Pergilah, kemudian lihatlah ia. Jibrilpun pergi, lalu melihatnya. Kemudian dia datang lalu berkata: Wahai Tuhan, demi keperkasaan-Mu, tidak satupun mendengarnya, kecuali ingin memasukinya. Namun ia dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai. Dia berfirman: Wahai Jibril, pergilah lalu lihatlah ia. Jibrilpun pergi, lalu melihatnya. Kemudian dia datang lalu berkata: Wahai Tuhan, demi keperkasaan-Mu, sungguh saya takut tidak akan memasukinya satupun." Beliau bersabda: Ketika Allah menciptakan neraka, Dia berfirman: Wahai Jibril, pergilah lalu lihatlah ia. Jibrilpun pergi, lalu melihatnya. Kemudian dia datang lalu berkata: Wahai Tuhan, demi keperkasaan-Mu, tidak satupun yang mendengar yang akan memasukinya. Namun ia dikelilingi dengan hawa nafsu. Kemudian Dia berfirman: Wahai Jibril, pergilah lalu lihatlah ia. Jibrilpun pergi, lalu melihatnya. Kemudian dia datang lalu berkata: Wahai Tuhan, demi keperkasaan-Mu, sungguh saya takut tidak tersisa satupun kecuali akan memasukinya."(Hadits Qudsy dari kitab Sunan Abu Dawud : 4744)
Wednesday, March 9, 2011
Hadist Tentang Surga dan Neraka (Hadits Dari kitab Sunan Abu Dawud)
Labels: Al Hadist
Posted by mintori mintori at 6:12 AM 0 comments
Profil Imam Syafi'i dan Mazhab Syafi'i
Mazhab Syafi'i (bahasa Arab: شافعية , Syaf'iyah) adalah mazhab fiqih yang dicetuskan oleh Muhammad bin Idris asy-Syafi'i atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi'i[1][2]. Mazhab ini kebanyakan dianut para penduduk Mesir bawah, Arab Saudi bagian barat, Suriah, Indonesia, Malaysia, Brunei, pantai Koromandel, Malabar, Hadramaut, dan Bahrain.
Sejarah
Pemikiran fiqh mazhab ini diawali oleh Imam Syafi'i, yang hidup di zaman pertentangan antara aliran Ahlul Hadits (cenderung berpegang pada teks hadist) dan Ahlur Ra'yi (cenderung berpegang pada akal pikiran atau ijtihad). Imam Syafi'i belajar kepada Imam Malik sebagai tokoh Ahlul Hadits, dan Imam Muhammad bin Hasan asy-Syaibani sebagai tokoh Ahlur Ra'yi yang juga murid Imam Abu Hanifah. Imam Syafi'i kemudian merumuskan aliran atau mazhabnya sendiri, yang dapat dikatakan berada di antara kedua kelompok tersebut. Imam Syafi'i menolak Istihsan dari Imam Abu Hanifah maupun Mashalih Mursalah dari Imam Malik. Namun demikian Mazhab Syafi'i menerima penggunaan qiyas secara lebih luas ketimbang Imam Malik. Meskipun berbeda dari kedua aliran utama tersebut, keunggulan Imam Syafi'i sebagai ulama fiqh, ushul fiqh, dan hadits di zamannya membuat mazhabnya memperoleh banyak pengikut; dan kealimannya diakui oleh berbagai ulama yang hidup sezaman dengannya
Dasar-dasar
Dasar-dasar Mazhab Syafi'i dapat dilihat dalam kitab ushul fiqh Ar-Risalah dan kitab fiqh al-Umm. Di dalam buku-buku tersebut Imam Syafi'i menjelaskan kerangka dan prinsip mazhabnya serta beberapa contoh merumuskan hukum far'iyyah (yang bersifat cabang). Dasar-dasar mazhab yang pokok ialah berpegang pada hal-hal berikut.
1. Al-Quran, tafsir secara lahiriah, selama tidak ada yang menegaskan bahwa yang dimaksud bukan arti lahiriahnya. Imam Syafi'i pertama sekali selalu mencari alasannya dari Al-Qur'an dalam menetapkan hukum Islam.
2. Sunnah dari Rasulullah SAW kemudian digunakan jika tidak ditemukan rujukan dari Al-Quran. Imam Syafi'i sangat kuat pembelaannya terhadap sunnah sehingga dijuluki Nashir As-Sunnah (pembela Sunnah Nabi).
3. Ijma' atau kesepakatan para Sahabat Nabi, yang tidak terdapat perbedaan pendapat dalam suatu masalah. Ijma' yang diterima Imam Syafi'i sebagai landasan hukum adalah ijma' para sahabat, bukan kesepakatan seluruh mujtahid pada masa tertentu terhadap suatu hukum; karena menurutnya hal seperti ini tidak mungkin terjadi.
4. Qiyas yang dalam Ar-Risalah disebut sebagai ijtihad, apabila dalam ijma' tidak juga ditemukan hukumnya. Akan tetapi Imam Syafi'i menolak dasar istihsan dan istislah sebagai salah satu cara menetapkan hukum Islam.
Qaul Qadim dan Qaul Jadid
Imam Syafi'i pada awalnya pernah tinggal menetap di Baghdad. Selama tinggal di sana ia mengeluarkan ijtihad-ijtihadnya, yang biasa disebut dengan istilah Qaul Qadim ("pendapat yang lama").
Ketika kemudian pindah ke Mesir karena munculnya aliran Mu’tazilah yang telah berhasil mempengaruhi kekhalifahan, ia melihat kenyataan dan masalah yang berbeda dengan yang sebelumnya ditemui di Baghdad. Ia kemudian mengeluarkan ijtihad-ijtihad baru yang berbeda, yang biasa disebut dengan istilah Qaul Jadid ("pendapat yang baru").
Imam Syafi'i berpendapat bahwa tidak semua qaul jadid menghapus qaul qadim. Jika tidak ditegaskan penggantiannya dan terdapat kondisi yang cocok, baik dengan qaul qadim ataupun dengan qaul jadid, maka dapat digunakan salah satunya. Dengan demikian terdapat beberapa keadaan yang memungkinkan kedua qaul tersebut dapat digunakan, dan keduanya tetap dianggap berlaku oleh para pemegang Mazhab Syafi'i.
Penyebaran
Penyebar-luasan pemikiran Mazhab Syafi'i berbeda dengan Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki[3], yang banyak dipengaruhi oleh kekuasaan kekhalifahan. Pokok pikiran dan prinsip dasar Mazhab Syafi'i terutama disebar-luaskan dan dikembangkan oleh para muridnya. Murid-murid utama Imam Syafi'i di Mesir, yang menyebar-luaskan dan mengembangkan Mazhab Syafi'i pada awalnya adalah:
* Yusuf bin Yahya al-Buwaiti (w. 846)
* Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 878)
* Ar-Rabi bin Sulaiman al-Marawi (w. 884)
Imam Ahmad bin Hanbal yang terkenal sebagai ulama hadits terkemuka dan pendiri fiqh Mazhab Hambali, juga pernah belajar kepada Imam Syafi'i[4]. Selain itu, masih banyak ulama-ulama yang terkemudian yang mengikuti dan turut menyebarkan Mazhab Syafi'i, antara lain:
* Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari
* Imam Bukhari
* Imam Muslim
* Imam Nasa'i
* Imam Baihaqi
* Imam Turmudzi
* Imam Ibnu Majah
* Imam Tabari
* Imam Ibnu Hajar al-Asqalani
* Imam Abu Daud
* Imam Nawawi
* Imam as-Suyuti
* Imam Ibnu Katsir
* Imam adz-Dzahabi
* Imam al-Hakim
Peninggalan
Imam Syafi'i terkenal sebagai perumus pertama metodologi hukum Islam. Ushul fiqh (atau metodologi hukum Islam), yang tidak dikenal pada masa Nabi dan sahabat, baru lahir setelah Imam Syafi'i menulis Ar-Risalah. Mazhab Syafi'i umumnya dianggap sebagai mazhab yang paling konservatif di antara mazhab-mazhab fiqh Sunni lainnya. Dari mazhab ini berbagai ilmu keislaman telah bersemi berkat dorongan metodologi hukum Islam yang dikembangkan para pendukungnya.
Karena metodologinya yang sistematis dan tingginya tingkat ketelitian yang dituntut oleh Mazhab Syafi'i, terdapat banyak sekali ulama dan penguasa di dunia Islam yang menjadi pendukung setia mazhab ini. Di antara mereka bahkan ada pula yang menjadi pakar terhadap keseluruhan mazhab-mazhab Sunni di bidang mereka masing-masing. Saat ini, Mazhab Syafi'i diperkirakan diikuti oleh 28% umat Islam sedunia, dan merupakan mazhab terbesar kedua dalam hal jumlah pengikut setelah Mazhab Hanafi.
Labels: Ulama Besar
Posted by mintori mintori at 6:08 AM 0 comments
Definisi Ilmu Fiqih ( fiqhul manhaj, ‘ala manhaj imam syafi’i)
PENGERTIAN FIQIH
Fiqih menurut bahasa berarti paham, seperti dalam firman Allah :
“Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” (QS.An Nisa :78)
dan sabda Rasulullah :
“Sesungguhnya panjangnya shalat dan pendeknya khutbah seseorang, merupakan tanda akan kepahamannya” (Muslim no.1437, Ahmad no.17598, Daarimi no.1511)
Fiqih Secara istilah mengandung dua arti:
1. Pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syari’at agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash-nash al Qur’an dan As sunnah serta yang bercabang darinya yang berupa ijma’ dan ijtihad.
2. Hukum-hukum syari’at itu sendiri
Jadi perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang pertama di gunakan untuk mengetahui hukum-hukum (Seperti seseorang ingin mengetahui apakah suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada), sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-hukum syari’at itu sendiri (Yaitu hukum apa saja yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun –rukun, kewajiban-kewajiban, atau sunnah-sunnahnya).
HUBUNGAN ANTARA FIQIH DAN AQIDAH ISLAM
Diantara keistimewaan fiqih Islam –yang kita katakan sebagai hukum-hukum syari’at yang mengatur perbuatan dan perkataan mukallaf – memiliki keterikatan yang kuat dengan keimanan terhadap Allah dan rukun-rukun aqidah Islam yang lain. Terutama Aqidah yang berkaitan dengan iman dengan hari akhir.
Yang demikian Itu dikarenakan keimanan kepada Allah-lah yang dapat menjadikan seorang muslim berpegang teguh dengan hukum-hukum agama, dan terkendali untuk menerapkannya sebagai bentuk ketaatan dan kerelaan. Sedangkan orang yang tidak beriman kepada Allah tidak merasa terikat dengan shalat maupun puasa dan tidak memperhatikan apakah perbuatannya termasuk yang halal atau haram. Maka berpegang teguh dengan hukum-hukum syari’at tidak lain merupakan bagian dari keimanan terhadap Dzat yang menurunkan dan mensyari’atkannya terhadap para hambaNya.
Contohnya:
a. Allah memerintahkan bersuci dan menjadikannya sebagai salah satu keharusan dalam keiman kepada Allah sebagaimana firman-Nya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS.Al maidah:6)
b. Juga seperti shalat dan zakat yang Allah kaitkan dengan keimanan terhadap hari akhir, sebagaimana firman-Nya :
“(yaitu) orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.” (QS. An naml:3)
Demikian pula taqwa, pergaulan baik, menjauhi kemungkaran dan contoh lainnya, yang tidak memungkinkan untuk disebutkan satu persatu. (lihat fiqhul manhaj hal.9-12)
FIQIH ISLAM MENCAKUP SELURUH KEBUTUHAN MANUSIA
Tidak ragu lagi bahwa kehidupan manusia meliputi segala aspek. Dan kebahagiaan yang ingin dicapai oleh manusia mengharuskannya untuk memperhatikan semua aspek tersebut dengan cara yang terprogram dan teratur. Manakala fiqih Islam adalah ungkapan tentang hukum-hukum yang Allah syari’atkan kepada para hamba-Nya, demi mengayomi seluruh kemaslahatan mereka dan mencegah timbulnya kerusakan ditengah-tengah mereka, maka fiqih Islam datang memperhatikan aspek tersebut dan mengatur seluruh kebutuhan manusia beserta hukum-hukumnya.
Penjelasannya sebagai berikut:
Kalau kita memperhatikan kitab-kitab fiqih yang mengandung hukum-hukum syari’at yang bersumber dari Kitab Allah, Sunnah Rasulnya, serta Ijma (kesepakatan) dan Ijtihad para ulama kaum muslimin, niscaya kita dapati kitab-kitab tersebut terbagi menjadi tujuh bagian, yang kesemuanya membentuk satu undang-undang umum bagi kehidupan manusia baik bersifat pribadi maupun bermasyarakat. Yang perinciannya sebagai berikut:
1. Hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah. Seperti wudhu, shalat, puasa, haji dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih Ibadah.
2. Hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah kekeluargaan. Seperti pernikahan, talaq, nasab, persusuan, nafkah, warisan dan yang lainya. Dan ini disebut dengan fikih Al ahwal As sakhsiyah.
3. Hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan hubungan diantara mereka, seperti jual beli, jaminan, sewa menyewa, pengadilan dan yang lainnya. Dan ini disebut fiqih mu’amalah.
4. Hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban pemimpin (kepala negara). Seperti menegakan keadilan, memberantas kedzaliman dan menerapkan hukum-hukum syari’at, serta yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban rakyat yang dipimpin. Seperti kewajiban taat dalam hal yang bukan ma’siat, dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan fiqih siasah syar’iah.
5. Hukum-hukum yang berkaitan dengan hukuman terhadap pelaku-pelaku kejahatan, serta penjagaan keamanan dan ketertiban. Seperti hukuman terhadap pembunuh, pencuri, pemabuk, dan yang lainnya. Dan ini disebut sebagai fiqih Al ‘ukubat.
6. Hukum-hukum yang mengatur hubungan negeri Islam dengan negeri lainnya. Yang berkaitan dengan pembahasan tentang perang atau damai dan yang lainnya. Dan ini dinamakan dengan fiqih as Siyar.
7. Hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dan prilaku, yang baik maupun yang buruk. Dan ini disebut dengan adab dan akhlak
Demikianlah kita dapati bahwa fiqih Islam dengan hukum-hukumnya meliputi semua kebutuhan manusia dan memperhatikan seluruh aspek kehidupan pribadi dan masyarakat.
SUMBER-SUMBER FIQIH ISLAM
Semua hukum yang terdapat dalam fiqih Islam kembali kepada empat sumber:
AL QUR’AN
Al Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Ia adalah sumber pertama bagi hukum-hukum fiqih Islam. Jika kita menjumpai suatu permasalahan, maka pertamakali kita harus kembali kepada Kitab Allah guna mencari hukumnya. Sebagai contoh :
a. Bila kita ditanya tentang hukum khamer (miras), judi, pengagungan terhadap bebatuan dan mengundi nasib, maka jika kita merujuk kepada Al Qur’an niscaya kita akan mendapatkannya dalam firman Allah swt: (QS. Al maidah : 90)
b. Bila kita ditanya tentang masalah jual beli dan riba, maka kita dapatkan hukum hal tersebut dalam Kitab Allah (QS. Al baqarah : 275). Dan masih banyak contoh-contoh yang lain yang tidak memungkinkan untuk di perinci satu persatu.
AS SUNNAH
As-Sunnah yaitu semua yang bersumber dari Nabi berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan.
Contoh perkataan/sabda Nabi :
“Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran”( Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97, Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmad no.3465,3708)
Contoh perbuatan:
apa yang diriwayatkan oleh Bukhari (Bukhari no.635, juga diriwayatkan oleh Tirmidzi no.3413, dan Ahmad no.23093,23800,34528) bahwa ‘Aisyah pernah ditanya: apa yang biasa dilakukan Rasulullah dirumahnya ? Aisyah menjawab:
“Beliau membantu keluarganya; kemudian bila datang waktu shalat, beliau keluar untuk menunaikannya.”
Contoh persetujuan :
apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (Hadits no.1267) bahwa Nabi pernah melihat seseorang shalat dua rakaat setelah sholat subuh, maka Nabi berkata kepadanya:
“Shalat subuh itu dua rakaat” orang tersebut menjawab, “sesungguhnya saya belum shalat sunat dua rakaat sebelum subuh, maka saya kerjakan sekarang.” Lalu Nabi saw terdiam”
Maka diamnya beliau berarti menyetujui disyari’atkannya shalat sunat qabliah subuh tersebut setelah shalat subuh bagi yang belum menunaikannya.
As-Sunnah adalah sumber kedua setelah al Qur’an. Bila kita tidak mendapatkan hukum dari suatu permasalahn dalam Al Qur’an maka kita merujuk kepada as-Sunnah dan wajib mengamalkannya jika kita mendapatkan hukum tersebut. Dengan syarat, benar-benar bersumber dari Nabi e dengan sanad yang sahih. As Sunnah berfungsi sebagai penjelas al Qur’an dari apa yang bersifat global dan umum. Seperti perintah shalat; maka bagaimana tatacaranya didapati dalam as Sunnah. Oleh karena itu Nabi bersabda:
“shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (Bukhari no.595)
Sebagaimana pula as-Sunnah menetapkan sebagian hukum-hukum yang tidak dijelaskan dalam Al Qur’an. Seperti pengharaman memakai cincin emas dan kain sutra bagi laki-laki.
IJMA’
Ijma’ bermakna: Kesepakatan seluruh ulama mujtahid dari umat Muhammad saw dari suatu generasi atas suatu hukum syar’i, dan jika sudah bersepakat ulama-ulama tersebut—baik pada generasi sahabat atau sesudahnya—akan suatu hukum syari’at maka kesepakatan mereka adalah ijma’, dan beramal dengan apa yang telah menjadi suatu ijma’ hukumnya wajib.
Dan dalil akan hal tersebut sebagaimana yang dikabarkan Nabi saw, bahwa tidaklah umat ini akan berkumpul (bersepakat) dalam kesesatan, dan apa yang telah menjadi kesepakatan adalah hak (benar).
Dari Abu Bashrah ra, bahwa Nabi saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan ummatku atau ummat Muhammad berkumpul (besepakat) di atas kesesatan” (Tirmidzi no.2093, Ahmad 6/396)
Contohnya:
Ijma para sahabat ra bahwa kakek mendapatkan bagian 1/6 dari harta warisan bersama anak laki-laki apabila tidak terdapat bapak.
Ijma’ merupakan sumber rujukan ketiga. Jika kita tidak mendapatkan didalam Al Qur’an dan demikian pula sunnah, maka untuk hal yang seperti ini kita melihat, apakah hal tersebut telah disepakatai oleh para ulama muslimin, apabila sudah, maka wajib bagi kita mengambilnya dan beramal dengannya.
QIYAS
Yaitu: Mencocokan perkara yang tidak didapatkan didalamnya hukum syar’i dengan perkara lain yang memiliki nas yang sehukum dengannya, dikarenakan persamaan sebab/alasan antara keduanya.
Pada qiyas inilah kita meruju’ apabila kita tidak mendapatkan nash dalam suatu hukum dari suatu permasalahan, baik di dalam Al Qur’an, sunnah maupun ijma’.
Ia merupakan sumber rujukan keempat setelah Al Qur’an, as Sunnah dan Ijma’.
Rukun Qiyas
Qiyas memiliki empat rukun: 1. Dasar (dalil), 2. Masalah yang akan diqiyaskan, 3. Hukum yang terdapat pada dalil, 4. Kesamaan sebab/alasan antara dalil dan masalah yang diqiyaskan.
Contoh:
Allah mengharamkan khamer dengan dalil Al Qur’an, sebab atau alasan pengharamannya adalah karena ia memabukkan, dan menghilangkan kesadaran. Jika kita menemukan minuman memabukkan lain dengan nama yang berbeda selain khamer, maka kita menghukuminya dengan haram, sebagai hasil Qiyas dari khamer. Karena sebab atau alasan pengharaman khamer yaitu “memabukkan” terdapat pada minuman tersebut, sehingga ia menjadi haram sebagaimana pula khamer.
Inilah sumber-sumber yang menjadi rujukan syari’at dalam perkara-perkara fiqih Islam, kami sebutkan semoga mendapat manfaat, adapun lebih lengkapnya dapat dilihat di dalam kitab-kitab usul fiqh Islam ( fiqhul manhaj, ‘ala manhaj imam syafi’i)
Labels: Pendapat Ulama
Posted by mintori mintori at 6:05 AM 0 comments
Pengertian Tasawuf (Tasawwuf) menurut ULAMA' AHLUSSUNNAH
Tasawuf (Tasawwuf) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi.
فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا * فإني و حـــق الله إيـــاك أنــــصح
فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى * وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح
Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu.
Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
(Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47)
Para ulama besar kaum muslimin sama sekali tidak menentang tasawuf, tercatat banyak dari mereka yang menggabungkan diri sebagai pengikut dan murid tasawuf, para ulama tersebut berkhidmat dibawah bimbingan seorang mursyd tarekat yang arif, bahkan walaupun ulama itu lebih luas wawasannya tentang pengetahuan syari’at Islam, namun mereka tetap menghormati para syaikh yang mulia, hal ini dikarenakan ilmu2 syari’at yang diperoleh dari jalur pendidikan formal adalah ilmu lahiriah, sedangkan untuk memperoleh ilmu batiniyah dalam membentuk “qalbun salim / akhlak yang mulia”, seseorang harus menyerahkan dirinya untuk berkhidmat dibawah bimbingan seorang mursyd Tarekat yang sejati. (yang silsilah keilmuannya jika dirunut keatas akan sampai kepada Nabi Muhammad SAW)
IMAM AL- GHAZALI
(450-505 H./1058-1111 M)
Imam Ghazali tentang tasawuf : “Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, hal. 131].
Dalam bukunya an-Nusrah an-Nabawiahnya mengatakan bahwa mendalami dunia tasawuf itu penting sekali. Karena, selain Nabi, tidak ada satupun manusia yang bisa lepas dari penyakit hati seperti riya, dengki, hasud dll. Dan, dalam pandangannya, tasawuf lah yang bisa mengobati penyakit hati itu. Karena dalam ilmu tasawuf konsentrasi mempelajari pada tiga hal dimana ketiga-tiganya sangat dianjurkan oleh al-Qur’an al-karim. Pertama, selalu melakukan kontrol diri, muraqabah dan muhasabah. Kedua, selalu berdzikir dan mengingat Allah Swt. Dan ketiga, menanamkan sifat zuhud, cinta damai, jujur, sabar, syukur, tawakal, dermawan dan ikhlas.
DR. YUSUF AL-QARDHAWI
(Ketua Ulama Islam Internasional dan juga guru besar Universitas al Azhar – Beliau merupakan salah seorang ulama Islam terkemuka abad ini) didalam kumpulan fatwanya mengatakan : “Arti tasawuf dalam agama ialah memperdalam ke arah bagian ruhaniah, ubudiyyah, dan perhatiannya tercurah seputar permasalahan itu.”
Beliau juga berkata, “Mereka para tokoh sufi sangat berhati-hati dalam meniti jalan di atas garis yang telah ditetapkan oleh Al-Qur,an dan As-Sunnah. Bersih dari berbagai pikiran dan praktek yang menyimpang, baik dalam ibadat atau pikirannya. Banyak orang yang masuk Islam karena pengaruh mereka, banyak orang yang durhaka dan lalim kembali bertobat karena jasa mereka. Dan tidak sedikit yang mewariskan pada dunia Islam, yang berupa kekayaan besar dari peradaban dan ilmu, terutama di bidang marifat, akhlak dan pengalaman-pengalaman di alam ruhani, semua itu tidak dapat diingkari.”
EMPAT ORANG IMAM MAZHAB SUNNI, semuanya mempunyai seorang guru mursyd tarekat. Melalui mursyd tarekat tersebut mereka mempelajari Islam dalam sisi esoterisnya yang indah dan sangat agung. Mereka semua menyadari bahwa ilmu syariat harus didukung oleh ilmu tasawuf sehingga akan tercapailah pengetahuan sejati mengenai hakikat ibadah yang sebenarnya.
IMAM ABU HANIFAH (85 H -150 H)
(Nu’man bin Tsabit - Ulama besar pendiri mazhab Hanafi)
Beliau adalah murid dari Ahli Silsilah Tarekat Naqsyabandi yaitu Imam Jafar as Shadiq ra . Berkaitan dengan hal ini, Jalaluddin as Suyuthi didalam kitab Durr al Mantsur, meriwayatkan bahwa Imam Abu Hanifah berkata, “Jika tidak karena dua tahun, aku telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Imam Jafar as Shadiq, maka saya mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar”.
IMAM MALIKI
(Malik bin Anas - Ulama besar pendiri mazhab Maliki) juga murid Imam Jafar as Shadiq ra, mengungkapkan pernyataannya yang mendukung terhadap ilmu tasawuf sebagai berikut :
“Man tasawaffa wa lam yatafaqa faqad tazandaqa, wa man tafaqaha wa lam yatasawaf faqad tafasaq, wa man tasawaffa wa taraqaha faqad tahaqaq”.
Yang artinya : “Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fiqih maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fiqih tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dengan disertai fiqih dia meraih Kebenaran dan Realitas dalam Islam.” (’Ali al-Adawi dalam kitab Ulama fiqih, juz 2, hal. 195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan).
IMAM SYAFI’I (Muhammad bin Idris, 150-205 H)
Ulama besar pendiri mazhab Syafi’i berkata, “Saya berkumpul bersama orang-orang sufi dan menerima 3 ilmu:
1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara
2. Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati
3. Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf.”
(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, juz 1, hal. 341)
IMAM AHMAD BIN HANBAL (164-241 H)
Ulama besar pendiri mazhab Hanbali berkata, “Anakku, kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka selalu mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka adalah orang-orang zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” (Ghiza al Albab, juz 1, hal. 120 ; Tanwir al Qulub, hal. 405, Syaikh Amin al Kurdi)
SYAIKH FAKHRUDDIN AR RAZI (544-606 H)
Ulama besar dan ahli hadits) berkata :
“Jalan para sufi adalah mencari ilmu untuk memutuskan hati mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri agar selalu sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat Allah pada seluruh tindakan dan perilaku .” (I’tiqad al Furaq al Musliman, hal. 72, 73)
IMAM AL MUHASIBI (243 H./857 M)
Imam al-Muhasibi meriwayatkan dari Rasul, “Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu yang akan menjadi kelompok yang selamat” . Dan Allah yang lebih mengetahui bahwa satu itu adalah Golongan orang TASAWUF. Dia menjelaskan dengan mendalam dalam Kitab al- Wasiya hal. 27-32.
IMAM AL QUSHAYRI (465 H./1072 M)
Imam al-Qushayri tentang Tasawuf: “Allah membuat golongan ini yang terbaik dari wali wali- Nya dan Dia mengangkat mereka di atas seluruh hamba-hamba-Nya sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hati mereka rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih mereka diantara umat-Nya yang menerima cahaya-Nya. Mereka adalah sarana kemanusiaan, Mereka menyucikan diri dari segala hubungan dengan dunia dan Dia mengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dalam penampakan (kasyaf).
Dan Dia membuka kepada mereka Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuat mereka untuk melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Dia membuat mereka bersinar dalam wujud-Nya dan menampakkan mereka sebagai cahaya dan cahaya-Nya .” [ar-Risalat al-Qushayriyyah, hal. 2]
IMAM NAWAWI (620-676 H./1223-1278 M)
Dalam suratnya al-Maqasid: “Ciri jalan sufi ada 5:
menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata menghindari ketergantungan kepada orang lain, bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit, selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid, hal. 20]
IBNU KHALDUN (733-808 H)
Ulama besar dan filosof Islam berkata, “Jalan sufi adalah jalan salaf, yakni jalannya para ulama terdahulu di antara para sahabat Rasulullah Saww, tabi’in, dan tabi’it-tabi’in. Asasnya adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan perhiasan serta kesenangan dunia.” (Muqadimah ibn Khaldun, hal. 328)
IMAM JALALUDDIN AS SUYUTI
(Ulama besar ahli tafsir Qur’an dan hadits) didalam kitab Ta’yad al haqiqat al ‘Aliyyah, hal. 57 berkata, “Tasawuf yang dianut oleh ahlinya adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Ilmu ini menjelaskan bagaimana mengikuti Sunah Nabi Saww dan meninggalkan bid’ah.”
TAJUDDIN AS SUBKI
Kitab Mu’iid an-Na’iim, hal. 190, tentang Tasawuf : “Semoga Allah memuji mereka dan memberi salam kepada mereka dan menjadikan kita bersama mereka di dalam sorga. Banyak hal yang telah dikatakan tentang mereka dan terlalu banyak orang-orang bodoh yang mengatakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan mereka. Dan yang benar adalah bahwa mereka meninggalkan dunia dan menyibukkan diri dengan ibadah”
Dia berkata pula : “Mereka adalah manusia-manusia yang dekat dengan Allah yang doa dan shalatnya diterima Allah, dan melalui mereka Allah membantu manusia”
IBNU ‘ABIDIN
Ulama besar, Ibn ‘Abidin dalam Rasa’il Ibn cAbidin (p. 172-173) menyatakan: ” Para pencari jalan ini tidak mendengar kecuali Kehadiran Ilahi dan mereka tidak mencintai selain Dia. Jika mereka mengingat Dia mereka menangis. Jika mereka memikirkan Dia mereka bahagia. Jika mereka menemukan Dia mereka sadar. Jika mereka melihat Dia mereka akan tenang. Jika mereka berjalan dalan Kehadiran Ilahi, mereka menjadi lembut. Mereka mabuk dengan Rahmat-Nya. Semoga Allah merahmati mereka”. [Majallat al-Muslim, 6th ed., 1378 H, p. 24].
SYEIKH RASYID RIDHA
Dia berkata,”Tasawuf adalah salah satu pilar dari pilar-pilar agama. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri danmempertanggung jawabkan perilaku sehari-hari dan untuk menaikan manusia menuju maqam spiritual yang tinggi” [Majallat al-Manar, tahun pertama hal. 726].
MAULANA ABUL HASAN ALI AN-NADWI
Maulana Abul Hasan ‘Ali an-Nadwi anggota the Islamic-Arabic Society of India and Muslim countries. Dalam, Muslims in India, , p. 140-146, “Para sufi ini memberi inisiasi (baiat) pada manusia ke dalam keesaan Allah dan keikhlasan dalam mengikuti Sunah Nabi dan dalam menyesali kesalahan dan dalam menghindari setiap ma’siat kepada Allah SWT. Petunjuk mereka merangsang orang-orang untuk berpindah ke jalan kecintaan penuh kepada Allah”
“Kita bersyukur atas pengaruh orang-orang sufi, ribuan dan ratusan ribu orang di India menemukan Tuhan mereka dan meraih kondisi kesempurnaan melalui Islam”
ABU ‘ALA AL MAUDUDI
Dalam Mabadi’ al-Islam (hal. 17), “Tasawuf adalah kenyataan yang tandanya adalah cinta kepada Allah dan Rasul saw, di mana sesorang meniadakan diri mereka karena tujuan mereka (Cinta), dan seseorang meniadakan dari segala sesuatu selain cinta Allah dan Rasul” “Tasauf mencari ketulusan hati, menyucikan niat dan kebenaran untuk taat dalam seluruh perbuatannya.”
Seperti itulah pengakuan para ulama besar kaum muslimin tentang tasawuf. Mereka semua mengakui kebenarannya dan mengambil berkah ilmu tasawuf dengan belajar serta berkhidmat kepada para syaikh tarekat pada masanya masing-masing. Oleh karena itu tidak ada bantahan terhadap kebenaran ilmu ini, mereka yang menyebut tasawuf sebagai ajaran sesat atau bid’ah adalah orang-orang yang tertutup hatinya terhadap kebenaran Allah SWT.
Ringkasnya, belajar Tasawuf dengan memilih Tarekat yang benar, Tarekat yang mu’tabaroh (yang diakui keabsahannya di dunia Islam) dari segi silsilah guru dan ajarannya dari dahulu maupun sekarang, adalah sarana efektif untuk menyebarkan kebenaran Islam, memperluas ilmu dan pemahaman spiritual, dan meningkatkan kebahagiaan serta kedamaian.
Dengan ilmu Tasawuf manusia dapat lebih mengenal diri sendiri, dengan demikian akan lebih mengenal Tuhannya. Sehingga manusia mendapatkan keselamatan dari kebodohan dunia serta dari godaan keindahan materi. Dan hanya Allah SWT yang lebih mengetahui niat hamba-hamba-Nya yang tulus.
* * * * * * * * * * * * *
Laa ilaha illa allah
Tiada Tuhan kecuali Allah
Laa ma’buda illa allah
Tiada yang disembah kecuali Allah
Labels: Pendapat Ulama
Posted by mintori mintori at 6:03 AM 16 comments
Friday, February 5, 2010
Apa yang ditinggalkan manusia setelah mati
Gajah mati meninggalkan gading untuk perhiasan ratu. Harimau mati meninggalkan taring untuk asesoris raja. Manusia mati meninggalkan apa? Gigi? Untuk apa? Ternyata bukan. Kata peribahasa ‘Manusia mati meninggalkan nama’. Tentu bukan asal nama, tetapi nama besar. Masalahnya tidak semua orang mampu membuat namanya besar. Seperti Louis Pasteur yang menemukan teknologi membunuh bakteri, atau seperti Tsai Lun yang menemukan teknologi membuat kertas, atau seperti Mak Erot yang menemukan teknologi membesarkan burung.
Heboh 100 Nama Besar Dunia
Tahun 1978 dunia heboh dengan terbitnya buku berjudul “The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History” tulisan Michael H. Hart. Mengapa heboh? Karena ranking pertama yang paling berpengaruh terhadap sejarah manusia, menurut Hart, adalah Muhammad.
Untuk lengkapnya, Top-10 adalah (urut ranking): 1) Muhammad, 2) Isaac Newton, 3) Jesus Christ, 4) Buddha, 5) Confucius, 6) St. Paul, 7) Ts’ai Lun, 8) Johann Gutenberg, 9) Christopher Columbus, 10) Albert Einstein.
Sedangkan 90 nama berikutnya (urut abjad, untuk memudahkan pencarian): Adam Smith 30, Adolf Hitler 39, Alexander Fleming 43, Alexander Graham Bell 42, Alexander the Great 33, Antoine Laurent Lavoisier 20, Antony van Leeuwenhoek 36, Aristotle 13, Asoka 53, Augustus Caesar 18, Charlemagne 97, Charles Darwin 16, Constantine the Great 21, Cyrus the Great 87, Edward de Vere a.k.a. William Shakespeare 31, Edward Jenner 70, Enrico Fermi 76, Ernest Rutherford 56, Euclid 14, Francis Bacon 90, Francisco Pizarro 62, Galileo Galilei 12, Genghis Khan 29, George Washington 26, Gregor Mendel 58, Gregory Pincus 82, Guglielmo Marconi 38.
Kemudian Henry Ford 91, Hernando Cortes 63, Homer 98, James Clerk Maxwell 24, James Watt 22, Jean-Jacques Rousseau 78, Johann Sebastian Bach 72, Johannes Kepler 75, John Calvin 57, John Dalton 32, John F. Kennedy 81, John Locke 44, Joseph Lister 60, Joseph Stalin 66, Julius Caesar 67, Justinian I 99, Karl Marx 27, Lao Tzu 73, Lenin 84, Leonhard Euler 77, Louis Daguerre 47, Louis Pasteur 11, Ludwig van Beethoven 45, Mahavira 100, Mani 83, Mao Zedong 89, Martin Luther 25, Max Planck 59, Mencius 92, Menes 96, Michael Faraday 23, Michelangelo 50, Mikhail Gorbachev 95, Moses 15, Napoleon Bonaparte 34, Nicolaus Copernicus 19, Nicoli Machiavelli 79, Nikolaus August Otto 61, Oliver Cromwell 41, Orville and Wilbur Wright 28, Peter the Great 88, Plato 40, Pope Urban II 51, Queen Elizabeth I 94, Queen Isabella I 65, Rene Descartes 49, Shih Huang Ti 17, Sigmund Freud 69, Simon Bolivar 48, St. Augustine 54, Sui Wen Ti 85, Thomas Edison 35, Thomas Jefferson 64, Thomas Malthus 80, ‘Umar ibn al-Khattab 52, Vasco da Gama 86, Voltaire 74, Werner Heisenberg 46, Wilhelm Conrad Roentgen 71, William Harvey 55, William T.G. Morton 37, William the Conqueror 68, Zoroaster 93.
Mengapa Hart yang non-Muslim menempatkan Muhammad di ranking 1? Karena, menurut dia, banyak manusia yang punya pengikut yang sangat besar selain Muhammad. Ada Jesus Christ, ada Buddha, ada Confucius. Tetapi yang mampu sekaligus menjadi politikus dan panglima militer hanyalah Muhammad the son of Abdullah. Alloohu Akbar!
Raja Diraja Dunia
Menurut riwayat Islam, raja yang hebat bukanlah Shi Huang Ti (urutan 17) yang walaupun berumur pendek 40an tahun tapi mampu membangun Tembok Besar Cina. Bukan pula raja-raja Imperium Romawi (urutan 18, 21, 67) yang pada zamannya adalah negara super-power. Raja diraja dunia menurut riwayat Islam adalah Raja Namrud, Raja Buhtan Ashor, Raja Sulaiman, dan Raja Dzulqornain.
Bagi lelaki Muslim yang ingin mengasah naluri keperwiraan, riwayat Dzulqornain yang di dunia Barat disebut Alexander The Great (urutan 33) perlu dipelajari untuk dijadikan dongeng pengantar tidur anak laki-laki. Saat menginjak aqil-balligh, dia belajar filsafat Aristoteles. Jadi bukan membaca sebangsa komik Crayon Sinchan. Saat umur 16an, permainannya adalah berburu singa. Jadi bukan bermain sebangsa gatrik, domino, atau Play Station. Walau umur hanya 32an tahun, tetapi jejak kebesaran yang ditinggalkannya, wah, Masya Allah.
Dzulqornain yang arti harafiahnya ‘yang punya 2 tanduk’ adalah julukan seorang raja muda belia yang berkeliling menaklukkan dunia. Silahkan dikaji bacaan-makna-keterangan surat Al-Kahfi ayat 83 sampai dengan 98 tentang kedigjayaannya, tentang perjalanannya ke arah Timur, tentang melihat matahari yang terbenam di lumpur hitam, tentang teknologi ruaaarrr .....- biasa di masa itu: melelehkan tembaga-besi untuk memblokir kaum Yajuj-Majuj yang “dikubur hidup-hidup” diantara 2 gunung!
Terjadilah kontroversi. Didalam Al-Quran jelas Dzulqornain menyembah Alloh. Sedangkan menurut sejarah dunia, Alexander The Great sang raja Macedonia menyembah dewa dan dewi. Di tulisan ini, Dzulqornain adalah ya Alexander itu. Argumen pertama, ada analogi riwayat dimana Raja Romawi Heraklius atau di hadits Bukhori disebut Hirokla di amar ma’ruf. Artinya, ya, Alexander awalnya menyembah berhala, tapi lalu bisa saja didalam perjalanannya mendapat hidayah, bukan? Argumen kedua, di Quran disebutkan Dzulqornain berjalan jauuuh ke arah Timur. Di sejarah disebutkan Alexander menaklukkan kerajaan-kekaisaran di Timur Macedonia, sampai menyeberang laut membabat-habis Kaisar Darius dari Persia, hingga ke perbatasan India. Argumen ketiga, diriwayatkan bahwa yang di Al-Quran disebut Dzulqornain, nama aslinya ternyata adalah Iskandar bin Failis. Amat sangat mirip alias sama dengan Alexander the son of Philips, bukan? Namun demikian, umpama saja ketiga argumen di tulisan ini kelak di kemudian hari ternyata keliru, ya sudah, istirja’ saja. Maapin.
Passive Rewards
Apakah manusia mati perlu meninggalkan nama besar? Ternyata enggak, tuh. Sabda Nabi: Idzaa maatal insaanu inqotho’a ‘anhu ‘amaluhuu illaa min tsalaatsin ‘ilmin yuntafa’u bih, wa waladin shoolih, wa shadaqotin jaariyah – Ketika manusia mati putuslah semua amalannya kecuali dari 3 perkara: ilmu yang bermanfaat, anak yang sholih dan shodaqoh jariyah.
Berjuanglah untuk husnul khotimah mati dengan baik dan meninggalkan 3 perkara tadi, supaya walaupun sudah di alam kubur pahala terus mengalir, passive rewards. Berjuanglah untuk membela ‘nama baik’ taat agama, taat negara, taat ortu, taat suami, jangan untuk mendapatkan ‘nama besar’ agar terkenal. Ingin tersohor justru berbahaya terhadap niat Karena Alloh. Riya (ingin dilhat), sum’ah (ingin didengar). Ingat ahli perang yang ingin disebut jagoan? Ingat ahli sodaqoh yang ingin disebut dermawan? Ingat ahli ilmu yang ingin disebut orang pandai? BLUNG! Semuanya masuk neraka.
Meninggalkan vs Membawa
Di Surat Al-Baqoroh disebutkan 4 tahap yang dialami manusia, yaitu amwaat – mati sebagai air mani, lalu ahyaa – hidup seperti saat ini, lalu yumiit – dimatikan yang dapat terjadi setiap saat, dan terakhir yuhyii – dihidupkan kembali untuk menghadap Alloh. Nah, berdasarkan hal-hal diatas, yang penting ternyata bukan Checkout dari dunia meninggalkan apa, melainkan Checkin masuk ke alam kubur membawa apa.
Tidak ada perintah agama bahwa manusia harus terkenal. Bahkan sebaliknya, tetaplah humble – merendahkan diri. Tidak boleh ada kultus individu. Tasbih-tahmid-takbir-tahlil hanya kepada Alloh dan sholawat hanya kepada Rosulullah. Tidak ada di hati sanubari penyaksian kebesaran manusia lain selain penyaksian kebesaran dua kalimah syahadat yang sehari 10 kali diucapkan. Dengan cara itulah agama Islam dapat terus dimurnikan. Indah sekali, bukan?
Atas qodar Alloh, ternyata banyak yang memiliki nama besar. Tetapi untuk apa nama besar kedarahbiruan, keningratan, kesarjanaan, keproffesoran, kejenderalan, kekonglomeratan, keartisan, keaktoran, keselebritian, kepemudaan, ketokohan, keterkenalan, ketersohoran, kepangkatan, kedudukan, termasuk kemahasiswaan, dll, dll, kalau tidak digunakan untuk dakwah? Untuk apa nama besar kalau tidak dipakai untuk menolong agama Alloh? Kata Nabi Isa: “Man anshorii ilalloohi? – Siapakah yang bersedia menolong Alloh? Kanggo naon - untuk apa? Fa aina tadzhabuun? Hendak kemana engkau pergi?
Labels: Nasihat agama
Posted by mintori mintori at 12:50 AM 0 comments
Peran Ibu dalam Mengajarkan Balita Rasa Kasih Sayang
Perasaan kasih sayang merupakan hal penting bagi manusia. Dengan adanya perasaan kasih sayang, seseorang bisa merasakan kedamaian, kenyamanan, ketentraman dan kebahagiaan hidup. Ketiadaan kasih sayang akan memberikan berbagai hal yang merugikan, seperti timbulnya perasaan frustrasi, stres atau hal-hal lain yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang maupun ketentraman hidup orang lain.
Perasaan kasih sayang, sebenarnya telah diberikan Tuhan ke dalam hati setiap manusia sebagai sebuah potensi dasar yang perlu dipelihara dan ditumbuhkan terus agar senantiasa memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu upaya untuk memelihara dan menumbuhkan adanya potensi kasih sayang ini adalah melalui pemberian pengalaman-pengalaman yang sarat dengan nilai-nilai kasih sayang. Pengalaman-pengalaman tersebut, pertama kali akan diperoleh seseorang pada usia dini melalui interaksinya dengan lingkungan terdekatnya, yaitu orangtuanya, terutama ibunya. Hal ini dapat dimengerti, mengingat saat seorang masih berusia dini, interaksi yang dilakukannya terhadap lingkungan di luar keluarganya, relatif masih sangat terbatas ketimbang pada saat ia sudah berusia lebih besar. Ibu menjadi lingkungan terdekat bagi anak, karena secara kodrati memiliki tugas mulia mengandung, melahirkan dan menyusui anaknya. Sehingga, ibu akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menjalin kedekatan hubungan dengan anaknya. Maka secara logis, ibu akan bisa menjadi sosok yang sangat berperan dalam pembentukan watak anaknya, antara lain dalam membentuk anak yang memiliki perasaan kasih sayang.
Melihat besarnya kesempatan ibu untuk berperan dalam pembentukan watak anak agar memiliki perasaan kasih sayang sejak dini.
Berikut ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan ibu:
• Perlakukan anak secara positif, misalnya melalui berbicara lembut dengan anak, memberi perhatian atau melalui tindakan-tindakan memeluk, membelai atau mencium anak. Jangan mencela anak dengan kata-kata kasar atau negatif sekalipun pada saat itu orangtua merasa marah atau kecewa dengan tingkah laku anak. Apabila suatu saat orangtua sudah terlanjur berkata negatif pada anak, segeralah minta maaf dan berikan pengertian pada anak, bahwa orangtua hanya membenci tingkah laku anak, bukan membenci pribadi anak.
• Dukung atau perkuatlah tingkah laku anak yang mampu memberikan kasih sayang terhadap orang lain.
• Ceritakan pada anak, kisah-kisah yang dapat menjadi tauladan mengenai pribadi yang mampu memberikan kasih sayang.
• Ciptakan kondisi rumah yang penuh dengan kasih sayang, misalnya makan malam bersama, mengajak anak untuk saling mendoakan dan meminta maaf satu sama lain, dsb.
• Luangkan waktu bersama anak untuk bisa bermain, bercanda, ngobrol atau berbicara dari hati ke hati bersama anak. Berusahalah untuk menjadi pendengar yang baik pada saat anak berbicara. Bantulah anak dengan menunjukkan kepedulian atau dukungan, semangat dan inspirasi sehingga anak benar-benar merasakan adanya kasih sayang orangtua padanya.
• Libatkan anak pada kegiatan yang bisa memberi pengalaman padanya bagaimana mengekspresikan kasih sayang. Misalnya berkunjung ke panti asuhan untuk menunjukkan bagaimana kita mengasihi sesama manusia.
Labels: Kewajiban orang tua kepada Anak
Posted by mintori mintori at 12:47 AM 0 comments
Wajibnya Berbakti pada Ibu
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته Allah mempunyai maksud tertentu ketika menciptakan manusia, dan maksud tersebut menjadi Tugas bagi setiap Manusia yang dilahirkan di muka bumi. Agar masing-masing manusia dapat menjalankan tugas yang diembannya. Allah tidak pernah lupa u...ntuk memberikan "fasilitas" yang unik kepada masing-masing Orang yang kemudian dinamakan "Bakat". Kalau saja setiap manusia bisa menemukan "bakat"-nya masing-masing, berarti bahwa kita bisa menemukan "jalan" sukses masing-masing. Dan untuk bisa mendapat tiket masuk ke jalan tersebut, dibutuhkan "Do'a Ibu", karena Ibu memiliki kedudukan yang sangat tinggi di mata Allah. Semoga tampilan video berikut dapat mengingatkan diri kita masing-masing bahwa untuk mendapatkan tiket masuk ke jalan sukses, kita harus bisa menjaga perilaku, dengan cara memelihara silaturrachmi dengan Orangtua kita. Amiin. Kenanglah Ibu yang menyayangimu... Untuk ibu yang selalu meneteskan air mata ketika kita pergi... Ingatkah engkau, ketika ibumu rela tidur tanpa selimut demi melihatmu, tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu... Ingatkah engkau ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu..? Dan ingatkah engkau ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia melihatmu terbaring sakit..? Sesekali jenguklah ibumu yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah tempat kau dilahirkan. Kembalilah memohon maaf pada ibumu yang selalu rindu akan senyumanmu. Simpanlah sejenak kesibukan-kesibukan duniawi yang selalu membuatmu lupa untuk pulang. Segeralah jenguk ibumu yang berdiri menantimu di depan pintu bahkan sampai malampun kian larut. Jangan biarkan engkau kehilangan saat yang akan kau rindukan di masa datang ketika ibu telah tiada... Tak ada lagi yang berdiri di depan pintu menyambut kita... Tak ada lagi senyuman indah tanda bahagia... Yang ada hanyalah kamar yang kosong tiada penghuninya. Yang ada hanyalah baju yang digantung di lemari kamarnya. Tak ada lagi yang menyiapkan sarapan pagi untukmu makan... Tak ada lagi yang rela merawatmu sampai larut malam ketika engkau sakit... Tak ada lagi dan tak ada lagi yang meneteskan air mata mendo'akanmu di setiap hembusan nafasnya... Kembalilah segera... Peluklah ibu yang selalu menyayangimu... Ciumlah kaki ibu yang selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik di akhir hayatnya. Sahabat... berdo'alah untuk kesehatannya dan rasakanlah pelukan cinta dan kasih sayangnya. Jangan biarkan engkau menyesal di masa datang, kembalilah pada ibu yang selalu menyayangimu... Kenanglah semua cinta dan kasih sayangnya... Ibu... maafkan aku... Sampai kapanpun jasamu tak akan terbalas. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Read More..Labels: Berbakti pada Orang tua
Posted by mintori mintori at 12:39 AM 0 comments
Panduan mencari pasangan sesuai Al Qur'an dan Al Hadist
Mencari Pasangan
Alkisah seorang raja yang kaya raya dan sangat baik. Ia mempunyai banyak sekali emas dan kuningan sehingga antara emas dan kuningan tercampur menjadi satu.
Suatu hari raja yang baik hati ini memberikan hadiah emas kepada seluruh rakyatnya, dia membuka gudangnya lalu mempersilakan rakyatnya mengambil kepingan emas terserah mereka. Karena antara emas dan kuningan tercampur menjadi satu maka sulit sekali di bedakan, mana yang emas dan mana yang kuningan, lalu mana yang emasnya 24 karat dan mana yang emasnya hanya 1 karat, namun ada peraturan dari sang raja, yaitu apabila mereka sudah memilih dan mengambil satu dari emas itu, mereka tidak boleh mengembalikannya lagi.
Tetapi raja menjanjikan bagi mereka yang mendapat emas hanya 1 Karat atau mereka yang mendapatkan kuningan, mereka dapat bekerja Dikebun raja dan merawat pemberian raja itu dengan baik, maka raja akan menambah dan memberikan kadar karat itu sedikit demi sedikit. Mendengar itu bersukacitalah rakyatnya, sambil mengelu-elukan rajanya.
Mereka datang dari semua penjuru tempat, dan satu persatu dari mereka dengan berhati-hati mengamat-amati benda-benda itu, waktu yang diberikan kepada mereka semua ialah satu setengah hari, dengan perhitungan setengah hari untuk memilih, setengah hari untuk
merenungkan, dan setengah hari lagi untuk memutuskan. Para prajurit selalu siaga menjaga keamanan pemilihan emas tersebut, karena tidak jarang terjadi perebutan emas yang sama diantara mereka.
Selama proses pemilihan berlangsung, seorang prajurit mencoba Bertanya kepada salah seorang rakyatnya, “Apa yang kau amat-amati, sehingga setengah hari kau habiskan waktumu disini?”,
“Tentu saja aku harus berhati-hati, aku harus mendapatkan emas 24 karat itu”, jawab orang itu
lalu tanya prajurit itu lagi “Seandainya emas 24 karat itu tidak pernah ada, atau hanya ada satu diantara setumpuk emas ini, apakah engkau masih saja mencarinya, sedangkan waktumu sangat terbatas?”,
“Tentu saja tidak, aku akan mengambil emas terakhir yang ada ditanganku begitu waktuku habis”. jawab orang itu lagi
Lalu prajurit itu berkeliling dan ia menjumpai seorang yang tampan, melihat perangainya ia adalah seorang kaya, bertanyalah prajurit itu kepadanya
“Hai orang kaya, apa yang kau cari disini, bukankah engkau sudah lebih dari cukup?”,
“Bagiku hidup adalah uang, kalau aku bisa mengambil emas ini, tentu saja itu berarti menambah kekayaanku”.jawab orang kaya itu
Kemudian prajurit itu kembali mengawasi satu persatu dari mereka, Maka tampak olehnya seseorang, yang sejak satu hari ia selalu menggenggam kepingan emasnya, lalu dihampirinya orang itu
“Mengapa engkau diam disini? Tidakkah engkau memilih emas-emas itu? Atau tekadmu sudah bulat untuk mengambil emas itu?”, mendengar perkataan prajurit itu, orang ini hanya diam saja,
maka prajurit itu bertanya lagi “Atau engkau yakin bahwa itulah emas 24 karat, sehingga engkau tidak lagi berusaha mencari yang lain?”,
orang itu masih terdiam.prajurit itu semakin penasaran, lalu ia lebih mendekat lagi
“Tidakkah engkau mendengar pertanyaanku?”, sambil menatap prajurit,
orang itu menjawab “Tuan, saya ini orang miskin, saya tidak pernah tahu mana yang emas dan mana yang kuningan, tetapi hati saya memilih emas ini, sayapun tidak tahu berapa kadar emas ini, atau jika ternyata emas ini hanya kuninganpun saya juga tidak tahu”,
“Lalu mengapa engkau tidak mencoba bertanya kepada mereka, atau kepadaku kalau engkau tidak tahu” tanya prajurit itu lagi.
“Tuan, emas dan kuningan ini milik raja, jadi menurut saya hanya raja yang tahu, mana yang emas dan mana yang kuningan, mana yang 1 karat dan mana yang 24 karat. Tapi satu hal yang saya percaya janji raja untuk mengubah kuningan menjadi emas itu yang lebih penting” jawabnya lugu.
Prajurit ini semakin penasaran “Mengapa bisa begitu?”,
“Bagi saya berapapun kadar karat emas ini cukup buat saya, karena kalau saya bekerja, saya membutuhkan waktu bertahun-tahun menabung untuk membeli emas, tuan”
prajurit tampak tercengang mendengar jawaban dari orang ini, lalu ia melanjutkan perkataannya
“lagi pula tuan, peraturannya saya tidak boleh menukar emas yang sudah saya ambil”,
“Tidakkah engkau dapat mengambil emas-emas yang lain dan menukarkannya sekarang, selagi masih ada waktu?” tanya prajurit lagi,
“Saya sudah menggunakan waktu itu, kini waktu setengah hari terakhir saya, inilah saatnya saya mengambil keputusan, jika saya gantikan emas ini dengan yang lain, belum tentu saya mendapat yang lebih baik dari punya saya ini, saya memutuskan untuk mengabdi pada raja dan merawat milik saya ini, untuk menjadikannya emas yang murni”,
tak lama lagi lonceng istana berbunyi, tanda berakhir sudah kegiatan mereka.Lalu raja keluar dan berdiri ditempat yang tinggi sambil berkata
“wahai rakyatku yang kukasihi, semua emas yang kau genggam itu adalah hadiah yang telah kuberikan, sesuai dengan perjanjian, tidak seorangpun diperbolehkan menukar ataupun menyia-nyiakan hadiah itu, jika didapati hal diatas maka orang itu akan mendapat hukuman karena ia tidak menghargai raja” kata-kata raja itu disambut hangat oleh rakyatnya.
Lalu sekali lagi dihadapan rakyatnya, raja ingin memberitahu tentang satu hal
“Dan ketahuilah, bahwa sebenarnya tidak ada emas 24 karat itu, hal ini dimaksudkan bahwa kalian semua harus mengabdi kepada kerajaan, dan hanya akulah yang dapat menambah jumlah karat itu, karena akulah yang memilikinya. Selama satu setengah hari, setengah hari yang kedua yaitu saat kuberikan waktu kepada kalian semua untuk merenungkan pilihan, kalian kutunggu untuk datang kepadaku menanyakan perihal emas itu, tetapi sayang sekali hanya satu orang yang datang kepadaku untuk menanyakannya”.
Demikianlah raja yang baik hati dan bijaksana itu mengajar rakyatnya, dan selama bertahun-tahun ia dengan sabar menambah karat satu persatu dari emas rakyatnya.
Kisah di atas dapat direfleksikan dalam mencari pasangan hidup:
1. Bagi yang sedang mencari pasangan (setengah hari untuk memilih)
Memilih memang boleh tapi manusia tidak ada yang sempurna, jangan lupa emas-emas itu milik sang raja, jadi hanya dia yang tahu menahu masalah itu, artinya setiap manusia milik Tuhan jadi berdoalah untuk berkomunikasi denganNya tentang pasangan Anda.
2. Bagi yang telah memperoleh pasangan tapi belum menikah (setengah hari untuk merenungkan)
Mungkin pertama kali Anda mengenal, si dia nampak emas 24 karat, ternyata setelah bertahun-tahun kenal, si dia hanya berkadar 10 karat. Diluar, memang kita dihadapkan dengan banyak pilihan, sama dengan rakyat yang memilih emas tadi, akan tetapi pada saat kita sudah mendapatkannya, belum tentu kalau kita melepaskannya kita akan mendapat yang lebih baik. Jadi jika dalam tahap ini Anda merasa telah mendapatkan dia, hal yang terbaik dilakukan ialah menilai secara obyektif siapa dia (karena itu keterbukaan dan komunikasi sangat penting dalam menjalin hubungan), dan menyelaraskan hati Anda bersamanya. Begitu Anda tahu tentang hal terjelek dalam dirinya sebelum Anda menikah itu lebih baik, dengan demikian Anda tidak merasa shock setelah menikah.
Tinggal bagaimana Anda menerimanya, Anda mampu menerimanya atau tidak, Anda mengusahakan perubahannya atau tidak, “cinta selalu berjuang”, dan jangan anggap tidak pernah ada masalah dalam jalan cinta Anda. Justru jika dalam tahap ini Anda tidak pernah mengalami masalah dengan pasangan Anda (tidak pernah bertengkar mungkin), Anda malah harus berhati- hati, karena ini adalah hubungan yang tidak sehat, berarti banyak kepura-puraan yang ditampilkan dalam hubungan Anda.
Yang terpenting adalah niat baik diantara pasangan, sehingga dengan komitmen dan cinta, segala sesuatu selalu ada jalan keluarnya.Meskipun dalam tahap ini Anda masih punya waktu setengah hari lagi untuk memutuskan, artinya anda masih dapat berganti pilihan, akan tetapi pertimbangkan dengan baik hal ini.
3. Bagi yang telah menikah (setengah hari untuk memutuskan)
Dalam tahap ini, siapapun dia berarti anda telah mengambil keputusan untuk memilihnya, jangan berpikir untuk mengambil keuntungan dari pasangan Anda. Jika ini terjadi berarti Anda egois, sama halnya dengan orang kaya diatas, dan dengan demikian Anda tidak pernah puasdengan diri pasangan Anda, maka tidak heran banyak terjadi perselingkuhan. Anda tidak boleh merasa menyesal dengan pilihan Anda sendiri, jangan kuatir raja selalu memperhatikan rakyatnya, dan menambah kadar karat pada emasnya.
Jadi percayalah kalau Allah pasti akan memperhatikan Anda, dan Dia yang paling berkuasa mengubah setiap orang. Perceraian bukanlah solusi, sampai kapan kita harus menikah lalu bercerai, menikah lagi dan bercerai lagi???, Ingatlah si dia adalah hadiah, siapapun dia terimalah dia karena sekali lagi itulah pilihan Anda, ingat ini adalah setengah hari terakhir yaitu waktu untuk memutuskan, setelah itu Anda tidak boleh menukar atau menyia-nyiakan emas Anda, jadi peliharalah pasangan Anda sebagaimana hadiah terindah yang telah Allah berikan. Dan apapun yang terjadi dengan pasangan Anda komunikasikanlah dengan Allah, karena Dia yang memiliki hati setiap manusia.
Labels: Panduan mencari pasangan sesuai syariat islam
Posted by mintori mintori at 12:37 AM 0 comments
Cara Pandang Romantis suami dan istri
Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan,saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus.
Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang.Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. “Mengapa?”, tanya suami saya dengan terkejut. “Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan,” jawab saya. Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya,tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?
Dan akhirnya suami saya bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiran kamu?” Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, “Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya : Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjatgunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?” Dia termenung dan akhirnya berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok. “Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan… “Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya.”
Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya. Saya melanjutkan untuk membacanya. “Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ‘teman baik kamu’ datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal. “Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi ‘aneh’. Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami. “Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu.”
“Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu. “Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir menangisi kematian saya. “Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih dari saya mencintai kamu.
Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu. “Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya. “Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu.”
“Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia. “Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya. Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud “bunga”.
--------------------
Labels: Kiat Perkawinan Harmonis
Posted by mintori mintori at 12:27 AM 0 comments
Menangis karna Alloh
Anak saya yang paling kecil selalu digodain kakak-kakaknya. Tujuannya cuma satu biar menangis. Nggak afdhol rasanya kalau tidak mendengar tangisannya. Padahal anak kecil bisanya ya cuma nangis. Kalau lapar nangis, kalau pipis nangis, kalau tidak nyaman juga nangis. Jadi menangis menjadi bahasa universalnya. Kita harus tahu bagaimana mengartikannya.
Anak saya yang kedua sudah jarang menangis. Tangisnya pecah kalau jengkel, marah atau disakiti. Tapi dia tergolong anak yang tahan sakit atawa jarang nangis. Maklum lelaki. Berbeda dengan kakaknya yang perempuan, yang lebih sering menangis karena kesal atau marah. Semakin bertambah usia, menangis bisa menjadi ukuran bahasa. Kalau tidak sakit ya pasti karena jengkel digoda.
Lain halnya dengan kita-kita sekarang. Mungkin bukan jamannya lagi menangis. Bahkan tak jarang sudah lupa kapan terakhir kali menangis. Dan biasanya kita-kita ini menangis, justru kalau kita bahagia – terharu. Sudah jarang kita menghadapi kesulitan dan kesakitan dengan menangis, walaupun masih ada juga – khususnya bagi kaum hawa. Jadi bahasa menangis sudah berubah pula: menangis karena bahagia.
Nah, ternyata ada satu bahasa tangis yang hampir sama dari waktu ke waktu. Yaitu bahasa tangis karena takut. Anak saya sering menangis karena takut saya bentak. Menangis karena takut saya marah. Demikian juga dengan istri saya. Kadang menangis yang tak karuan jluntrungnya karena menyimpan rasa takut yang berlebih. Atau karena saya diamkan. Jadi, sekarang kita tahu bahwa pada tataran tertentu ekspresi ketakutan bisa berupa tangisan.
Ternyata, dalam dinamika keimanan menangis menjadi parameter yang jelas tentang keimanan. Bahkan bisa sebagai tameng dari api neraka. Semalam saya sempatkan mencari referensi yang terkait dengan hal ini. Alhamdulillah, saya mendapatkannya di Sunan Tirmidzi Juz 4 hal 555. Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh tersebut menceritakan bahwa Rasulullah SAW berkata, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah, sehingga air susu kembali pada puting susunya dan tidak akan bersatu debu fi sabilillah dan api jahannam.” (Kitabu Fadhoili al-Jihadi – Abu Isa berkata ini hadist hasan shohih). Hadist ini juga dikeluarkan oleh Imam an-Nasa’i dan Imam Ibnu Majah di dalam Kitabu al-Jihadi.
Selain itu juga hadist yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh di dalam Shohih Bukhory Kitabu Adzan, Kitabu az-Zakaat. Dari Nabi SAW, beliau bersabda, ’Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan pada harinya tidak ada naungan kecuali naungan Allah,... ”yaitu (7) seorang laki-laki yang ingat kepada Allah dalam keadaan sendiri (menyendiri) sehingga mengalir ke dua matanya.’
Kita bisa simak bagaimana Abu Bakar r.a. dikenal cengeng jika ngimami sholat. Sebab ketika dia membaca ayat-ayat Quran dia menangis. Menangis sebab ayat yang dia baca, memahami arti dan menghayatinya sepenuh hati. Dimana kala ayat-ayat siksa, ketakutan menghampirinya. Menyentuh sendi-sendi nurani dan menghunjam mata hatinya – alangkah beratnya siksa Allah bagi orang yang menentangnya. Seolah-olah ayat itu menyatu dengan dirinya, maka setiap kali membaca, setiap kali air mata mengucur dari kedua bola matanya. Menangis ketika membaca ayat-ayat Allah. Ini adalah keistimewaan tersendiri. Jarang orang yang memiliki. Dan ini adalah bukti ketakutannya kepada (siksa) Allah.
Kemudian ada lagi, seseorang yang menangis di ujung malam, mengingat dosa-dosanya ketika bersimpuh, beristighfar kepada-Nya. Malam yang sepi, sendiri, tidak ada yang menemani kecuali dirinya dan Allah - membuat suasana hatinya mencekam. Dan kepapaan di hadapanNya menambah getir sanubari, serasa terserabut sendi-sendi jiwanya. Perasaan mengaduh meresap dalam aliran darah dan mencuci jiwa yang lemah. Teriring tetes air mata yang jatuh ke pipi, paripurna sudah ketakutan seorang hamba pada Khaliqnya. Takut karena dosa-dosa yang telah diperbuat.
Kejadian yang pertama, orang menangis karena membaca ayat-ayat Allah terkadang bisa disaksikan orang lain. Namun untuk kejadian yang kedua, hampir jarang orang yang melihatnya. Apapun pilihannya, kedua hal tersebut susah dilakukan. Sebagai orang iman tentu kita rindu untuk bisa seperti itu, menangis karena takut pada Allah akan siksa dan dosa. Kita tentu berusaha terus untuk meresapi dan mendalami semua jalan menuju peningkatan iman. Ada beberapa tahapan yang harus kita lewati sebelum mencapai ke arah sana. Perlu perjuangan. Bagaimana kondisi sekarang?
Yang sering kita dengar malahan joke – guyonan. Konon ada jamaah yang dinasehati oleh ustadznya menangis tersedu-sedu. Sang ustadz pun tambah semangat dalam memberi nasehat. Tapi setelah selesai nasehat, ternyata si jamaah masih menangis. Akhirnya ustadznya bertanya, nasehat apa yang telah menyentuh hatinya? Si jamaah menjawab bahwa dia menagis itu bukan karena nasehatnya. Plakkk....! Ustadz pun jadi bingung. Terus karena apa? Dia menangis karena teringat kambingnya yang sudah mati. Masalahnya jenggot Pak ustadz seperti jenggot kambingnya yang telah mati itu. Ngledek…….!
Itulah potret kekinian. Kalau mau jujur, ledekan tersebut sebenarnya pas buat kita. Jangankan menangis, bahkan ketika nasehat disampaikan kita asyik tepekur alias tidur. Kita akan merasa sedih dan terus menangis ketika banyak cobaan dan penderitaan yang tak kunjung selesai. Tak kunjung datang pertolongan Allah. Padahal menurut kita, kita sudah pol-polan berdo’a. Sudah pol-polan membela. Namun belum ada perubahan dan kita merasa ditinggal sendiri. Itu menurut perasaan kita. Akhirnya menangisss lah…sedih. Mengharap keibaan. Dan merasa orang paling menderita sedunia.
Labels: Renungan Firman Alloh
Posted by mintori mintori at 12:25 AM 0 comments